Hargo dumilah, Pernah saya mendengarkan sebuah cerita, dengan nara sumber kerabat saya sendiri. Dalam kasus ini, beliau mengalami kondisi dimana perasaan haru, bahagia, senang yang meledak-ledak menjadi satu dan tidak bisa mencurahkannya kepada orang yang beliau sayangi. Digambarkan saat beliau menjalani prosesi wisuda di kampusnya dahulu.
Seharusnya perasaan senang setelah lulus kuliah, perasaan sedih berpisah dengan teman teman dan perasaan haru akan terasa plong ketika kita melihat keberadaan kedua orang tua yang dari pagi menunggu dengan sabar di kursi belakang melihat putra putrinya di wisuda.
Namun berbeda ketika perasaan gembira kita yang menggebu-gebu tersebut hanya bisa kita nikmati sendiri. Dan itu pun dialami beliau disaat kedua orang tua beliau tidak bisa menghadiri prosesi wisuda dikarenakan suatu hal yang saya rahasiakan demi ke originalan tulisan ini.
Dengan suasana wisuda yang sangat menggembirakan, dan pastinya bagi teman teman yang sudah pernah mengalami "wisuda" bisa merasakan bagaimana perasaan bahagia tersebut kan? Bayangkan ketika perasaan tersebut hanya bisa kita nikmatin sendiri tanpa berbagi dengan kedua orang tua kita, kakak, ataupun adik kita. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya bersedih dalam sebuah kegembiraan? sebuah keajaiban yang memuakan.
bingung nulis apaan, hehe |
Saya juga punya sedikit perasaan yang selalu muncul ketika mencapai puncak sebuah gunung. Dimana rasa lelah dan senang menjadi satu dan timbulah sebuah rasa haru. Rasa bahagia yang selalu tersembunyi di dalam benak seseorang yang mencapai puncak sebuah gunung hanya bisa dirasakan mereka yang telah melaluinya. Hanya sedikit yang bisa tercurahkan dengan berteriak, berfoto, bersujud, bahkan meneteskan air mata. Sebagian besar kebahagiaan tersebut hanya bisa kita nikmati dalam ke egoisan diri sendiri dan akan hilang terhapus lelahnya perjalanan kita saat turun dari puncak.
Sebagai kesimpulan sepihak yang sangat subyektif, bahwa suatu kondisi dimana bahagia, senang, gembira atau apapun namanya dan sebesar apapun ledakan yang kita rasakan, tidak akan pernah terpuaskan ketika kita tidak bisa membuat seseorang yang kita sayangi merasakan setiap detail dari kebahagiaan tersebut. Dan tentu saja kebahagiaan tersebut akan sirna dengan sekejap apabila kita simpan sendiri tanpa membaginya dengan orang lain.
Karena saya adalah seorang kapiten pendaki gunung, maka memberikan segarnya embun pagi, ketidakpastiannya kabut, teriknya matahari, maupun dinginnya malam rimba dan luasnya Bumi Nusantara kepada mereka merupakan sebuah kebahagian yang ingin saya sampaikan dan saya bagi.
Ada beberapa foto dan sepenggal puisi karangan teman saya yang tidak bisa disebutkan namanya, yang dibuat khusus untuk para pendaki Gunung Lawu agar selalu bisa membagi kebahagiaan mereka dengan orang lain. Sekaligus sebagai penutup postingan nggak mutu kali ini.
Kakak tercinta di Puncak Merbabu |
Adik tersayang di Puncak Lawu |
Orang gantheng pamer kaos, di zoom yak :p |
Judul: Belom dikasih judul
by: pendaki keren
Angin, batu, rumput, dan ranting-ranting pohon yang menari
Biarkan hadirnya menemani lelah langkahmu mendaki
Tangga tangga itu,
Tangga tangga yang dulu selalu membuatku bertanya
Dimana ujungnya
Rasakanlah tapak tapak kakimu saat menyentuhnya
Saat itulah, kau telah menyentuh tapak kakiku
Saat kau memandang kabutnya
Yakinlah, bahwa aku juga pernah memandang kabut itu dalam diamku
Bila kau rasakan udaranya,
Kau akan tau, bahwa udara disitu pernah bersatu dalam paru-paruku
Kau,
Lihatkan pucuk-pucuk cemara itu untukku
Sentuhkan mekar bunga edelweis itu dengan ujung jemarimu
Karena aku berharap
Di suatu waktu
Jemariku bisa menyentuh jemarimu
Tibak'e yo iso nggawe puisi apik tenan....turut bahagia mbacanya
BalasHapussoalnya bukan aku yang bikin mbak :p
Hapuspuisinya bagus lo. tulisan di kaos itu juga haha
BalasHapusyang komen juga bagus n keren, kecuali komen yang pertama
Hapushula.. hehe.. alhamdulillah
BalasHapussenangnya bisa kesana gunung lawu.
eh dibaju puisi juga kan?
Wiiiiihiii, biasa aja tuh.
HapusIya, sepertinyaaaa
adek mu cakep euuy...hahahha.
BalasHapuspakabar adeeeek :)
Sapa dolo kakanya :p
HapusKbar q baeeeekkkkk
Menjalankan kegiatan sesuai kata hati. Bahagia, kan? :P
BalasHapusTak kira ini ikut kontese Mba Evi lho. Hahaha
Whaaaa, ngak kabar2 seehhh.
HapusTau gitu aq ikutiinn
nyimak aja, baru pertama mampir
BalasHapusSak.karepmu
Hapuspotone kembang apik
BalasHapusMacakciiih
Hapusaku salah komen kak :P
HapusHaaaaaaaaaaa
Hapusbahagia itu saat saya membaca tulisanmu ^_*
BalasHapusBahagia ntu saat tangan q menyentuh jemarimu :*
Hapusfoto ne mbak e ada awan2 gitu, mauuu, yukk muncak mase :D
BalasHapusayuukkk, kapan?
Hapusyukk besok liburan semesteran yuk mase :*
HapusWokeee, tp aq sibuk jwe
Hapusbahagia itu ketika... jatuh cinta.... :v
BalasHapuswahaha, tapi menyakitkan kalo jatuh cinta bertepuk sebelah tangan
Hapustak pinjemin tangan ku piye ben ndak bertepuk sebelah tangan mase :p
HapusWekekekkeek, huuuw
Hapusbahagia itu ketika gajian :D
BalasHapusBettttuuulll
Hapus