Bahagia itu Ketika? Bahagia itu Ketika? ~ Kempor.Com Bahagia itu Ketika?

Minggu, 20 Oktober 2013

Hargo dumilah, Pernah saya mendengarkan sebuah cerita, dengan nara sumber kerabat saya sendiri. Dalam kasus ini, beliau mengalami kondisi dimana perasaan haru, bahagia, senang yang meledak-ledak menjadi satu dan tidak bisa mencurahkannya kepada orang yang beliau sayangi. Digambarkan saat beliau menjalani prosesi wisuda di kampusnya dahulu.

Seharusnya perasaan senang setelah lulus kuliah, perasaan sedih berpisah dengan teman teman dan perasaan haru akan terasa plong ketika kita melihat keberadaan kedua orang tua yang dari pagi menunggu dengan sabar di kursi belakang melihat putra putrinya di wisuda.

Namun berbeda ketika perasaan gembira kita yang menggebu-gebu tersebut hanya bisa kita nikmati sendiri. Dan itu pun dialami beliau disaat kedua orang tua beliau tidak bisa menghadiri prosesi wisuda dikarenakan suatu hal yang saya rahasiakan demi ke originalan tulisan ini. 

Dengan suasana wisuda yang sangat menggembirakan, dan pastinya bagi teman teman yang sudah pernah  mengalami "wisuda" bisa merasakan bagaimana perasaan bahagia tersebut kan? Bayangkan ketika perasaan tersebut hanya bisa kita nikmatin sendiri tanpa berbagi dengan kedua orang tua kita, kakak, ataupun adik kita. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya bersedih dalam sebuah kegembiraan? sebuah keajaiban yang memuakan.
bunga langka
bingung nulis apaan, hehe
Saya juga punya sedikit perasaan yang selalu muncul ketika mencapai puncak sebuah gunung.  Dimana rasa lelah dan senang menjadi satu dan timbulah sebuah rasa haru. Rasa bahagia yang selalu tersembunyi di dalam benak seseorang yang mencapai puncak sebuah gunung hanya bisa dirasakan mereka yang telah melaluinya. Hanya sedikit yang bisa tercurahkan dengan berteriak, berfoto, bersujud, bahkan meneteskan air mata. Sebagian besar kebahagiaan tersebut hanya bisa kita nikmati dalam ke egoisan diri sendiri dan akan hilang terhapus lelahnya perjalanan kita saat turun dari puncak.

Sebagai kesimpulan sepihak yang sangat subyektif, bahwa suatu kondisi dimana bahagia, senang, gembira atau apapun namanya dan sebesar apapun ledakan yang kita rasakan, tidak akan pernah terpuaskan ketika kita tidak bisa membuat seseorang yang kita sayangi merasakan setiap detail dari kebahagiaan tersebut. Dan tentu saja kebahagiaan tersebut akan sirna dengan sekejap apabila kita simpan sendiri tanpa membaginya dengan orang lain.

Karena saya adalah seorang kapiten pendaki gunung,  maka memberikan segarnya embun pagi, ketidakpastiannya kabut, teriknya matahari, maupun dinginnya malam rimba dan luasnya Bumi Nusantara kepada mereka merupakan sebuah kebahagian yang ingin saya sampaikan dan saya bagi.

Ada beberapa foto dan sepenggal puisi karangan teman saya yang tidak bisa disebutkan namanya, yang dibuat khusus untuk para pendaki Gunung Lawu agar selalu bisa membagi kebahagiaan mereka dengan orang lain. Sekaligus sebagai penutup postingan nggak mutu kali ini.

oktaviyanti
Kakak tercinta di Puncak Merbabu
triyanto d.s
Adik tersayang di Puncak Lawu
Orang gantheng pamer kaos, di zoom yak :p

Judul: Belom dikasih judul
by: pendaki keren

Angin, batu, rumput, dan ranting-ranting pohon yang menari
Biarkan hadirnya menemani lelah langkahmu mendaki
Tangga tangga itu,
Tangga tangga yang dulu selalu membuatku bertanya
Dimana ujungnya
Rasakanlah tapak tapak kakimu saat menyentuhnya
Saat itulah, kau telah menyentuh tapak kakiku
Saat kau memandang kabutnya
Yakinlah, bahwa aku juga pernah memandang kabut itu dalam diamku 
Bila kau rasakan udaranya,
Kau akan tau, bahwa udara disitu pernah bersatu dalam paru-paruku
Kau,
Lihatkan pucuk-pucuk cemara itu untukku
Sentuhkan mekar bunga edelweis itu dengan ujung jemarimu
Karena aku berharap
Di suatu waktu
Jemariku bisa menyentuh jemarimu



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

28 comments:

  1. Tibak'e yo iso nggawe puisi apik tenan....turut bahagia mbacanya

    BalasHapus
  2. puisinya bagus lo. tulisan di kaos itu juga haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang komen juga bagus n keren, kecuali komen yang pertama

      Hapus
  3. hula.. hehe.. alhamdulillah
    senangnya bisa kesana gunung lawu.
    eh dibaju puisi juga kan?

    BalasHapus
  4. adek mu cakep euuy...hahahha.

    pakabar adeeeek :)

    BalasHapus
  5. Menjalankan kegiatan sesuai kata hati. Bahagia, kan? :P
    Tak kira ini ikut kontese Mba Evi lho. Hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Whaaaa, ngak kabar2 seehhh.
      Tau gitu aq ikutiinn

      Hapus
  6. nyimak aja, baru pertama mampir

    BalasHapus
  7. bahagia itu saat saya membaca tulisanmu ^_*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahagia ntu saat tangan q menyentuh jemarimu :*

      Hapus
  8. foto ne mbak e ada awan2 gitu, mauuu, yukk muncak mase :D

    BalasHapus
  9. bahagia itu ketika... jatuh cinta.... :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. wahaha, tapi menyakitkan kalo jatuh cinta bertepuk sebelah tangan

      Hapus
    2. tak pinjemin tangan ku piye ben ndak bertepuk sebelah tangan mase :p

      Hapus
  10. bahagia itu ketika gajian :D

    BalasHapus

Mohon tulis nama asli/panggilan/lapangan/panggung/pena etc.
No keyword, No spam, ataupun hal-hal yang jelas.

Terima kasih sudah comment.