Minggu, 27 Oktober 2013

Gundala Putra Petir pun Beraksi

Seminggu yang lalu, kota Solo menjadi sebuah kota mati. Setelah beberapa jam diguyur hujan ditemani angin ribut yang menumbangkan baliho serta beberapa pohon yang berdiri kokoh di pinggir jalan. Tak hanya itu saja, akhirnya lengkap sudah penderitaan warga Solo karena beberapa pohon yang tumbang mengenai kabel kabel listrik utama. Makin super lengkap lagi, ternyata trafo dibeberapa titik mengalami kerusakan dan harus diganti. Memerlukan waktu kurang lebih 2 hari, listrik di kota Solo baru bisa kembali normal. Merupakan pekerjaan yang super melelahkan bagi pegawai pegawai PLN kala itu.

Dan saya sangat salut dengan respon dari pihak PLN malam itu, Bagaimana tidak coba? hanya selang beberapa jam listrik padam, mereka langsung memperbaiki dan mengganti trafo dibeberapa titik ruas jalan yang mengalami gangguan. Ancungin 5 Jempol dah buat Gundala Putra Petir ini.

Setelah Beberapa menit berlalu, tiba tiba saja truk yang mbenerin trafo tadi main kabur saja. Dan entah kemana perginya, mungkin keburu pengen ke toilet yak mereka.

Usut punya usut nih, denger denger loh yak, bukan hanya gosip belaka loh, beberapa BUMN sekarang lagi booming yang namanya Pencitraan. Mulai dari Transparan, Go Green, sampai sampai No Suap. Salah satunya ya PLN ini, lagi menggembor gemborkan yang namanya "PLN Bersih, No Suap" tetapi apakah benar-benar No Suap???? kita lihat saja nanti...

Sekarang siapa sih yang nggak kenal dengan yang namanya PLN? Badan Usaha Milik Negara ini merupakan salah satu dari berbagai BUMN di Indonesia yang memonopoli pasokan listrik buat warga Indonesia se antero jagat Nusantara ini. Bisa dibilang satu satunya pemasok listrik warga Indonesia Raya. Kalau temen-temen blogger pada macem macem, langsung dah besok ngak bisa nge blog lagi. Kecuali kalau tinggalnya di lingkungan perusahaan yang ada pembangkit listrik sendiri.

Dari luasnya wilayah Indonesia, dan banyaknya kebutuhan listrik di bumi Indonesia ini maka dibuatlah pembagian wilayah ataupun distribusi agar kepuasan pelanggan tetap menjadi prioritas. Bisa dibayangkan beberapa sela dan kesempatan yang bisa digunakan oleh oknum nakal untuk memenuhi kepentingan pribadi meraka? dari pungutan liar, uang lelah, tips, sampai sampai hal hal yang lebih wow, seperti pengadaan barang dsb.

Semoga saja dengan perekrutan yang super ketat dari tiap angkatan di intern PLN sendiri, menghasilkan calon pegawai penerus PLN yang hijau, dengan bibit bibit maksimal yang jujur. Dengan pendidikan dasar yang di
handle langsung dari kopassus pastinya menghasilkan pribadi-pribadi yang cinta dengan tanah airnya, mempunyai rasa Nasionalis yang tinggi, patriotisme yang bercahaya. Dan seharusnya tidak akan berani menghancurkan negerinya dengan cara korupsi. Usaha dari manajemen PLN pun juga sudah mulai terlihat, mulai dari program PLN bersih dengan 4 pilarnya dan juga kerjasama mereka dengan TII. Dan sekarang saatnya gundala putra petir beraksi... 

Masih terasa bergetar di sebelah mata ketika melihat seorang bocah membawa sepucuk "tintir" ditemani cahaya rembulan. Berjalan sedikit membungkuk dengan sarung terselempang di pundaknya. Berbeda 278 derajat dengan kondisi di kampung saya tinggal sekarang. Jauh dari asap kendaraan, jauh dari keramaian dan hiruk pikuk ketidak jelasan sebuah peradaban. Sekarang sudah belasan tahun berlalu, hadirkan senyum seorang bocah kecil terlihat. Tak lagi hitam murung menemani belajar, namun bertambah ceria dan tawa setiap malam.

Sukses selalu PLN yang sudah mehapiin aku, semoga sukses dengan program PLN BERSIH nya dan selamat Hari Listrik Nasional :D




Minggu, 20 Oktober 2013

Bahagia itu Ketika?

Hargo dumilah, Pernah saya mendengarkan sebuah cerita, dengan nara sumber kerabat saya sendiri. Dalam kasus ini, beliau mengalami kondisi dimana perasaan haru, bahagia, senang yang meledak-ledak menjadi satu dan tidak bisa mencurahkannya kepada orang yang beliau sayangi. Digambarkan saat beliau menjalani prosesi wisuda di kampusnya dahulu.

Seharusnya perasaan senang setelah lulus kuliah, perasaan sedih berpisah dengan teman teman dan perasaan haru akan terasa plong ketika kita melihat keberadaan kedua orang tua yang dari pagi menunggu dengan sabar di kursi belakang melihat putra putrinya di wisuda.

Namun berbeda ketika perasaan gembira kita yang menggebu-gebu tersebut hanya bisa kita nikmati sendiri. Dan itu pun dialami beliau disaat kedua orang tua beliau tidak bisa menghadiri prosesi wisuda dikarenakan suatu hal yang saya rahasiakan demi ke originalan tulisan ini. 

Dengan suasana wisuda yang sangat menggembirakan, dan pastinya bagi teman teman yang sudah pernah  mengalami "wisuda" bisa merasakan bagaimana perasaan bahagia tersebut kan? Bayangkan ketika perasaan tersebut hanya bisa kita nikmatin sendiri tanpa berbagi dengan kedua orang tua kita, kakak, ataupun adik kita. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya bersedih dalam sebuah kegembiraan? sebuah keajaiban yang memuakan.
bunga langka
bingung nulis apaan, hehe
Saya juga punya sedikit perasaan yang selalu muncul ketika mencapai puncak sebuah gunung.  Dimana rasa lelah dan senang menjadi satu dan timbulah sebuah rasa haru. Rasa bahagia yang selalu tersembunyi di dalam benak seseorang yang mencapai puncak sebuah gunung hanya bisa dirasakan mereka yang telah melaluinya. Hanya sedikit yang bisa tercurahkan dengan berteriak, berfoto, bersujud, bahkan meneteskan air mata. Sebagian besar kebahagiaan tersebut hanya bisa kita nikmati dalam ke egoisan diri sendiri dan akan hilang terhapus lelahnya perjalanan kita saat turun dari puncak.

Sebagai kesimpulan sepihak yang sangat subyektif, bahwa suatu kondisi dimana bahagia, senang, gembira atau apapun namanya dan sebesar apapun ledakan yang kita rasakan, tidak akan pernah terpuaskan ketika kita tidak bisa membuat seseorang yang kita sayangi merasakan setiap detail dari kebahagiaan tersebut. Dan tentu saja kebahagiaan tersebut akan sirna dengan sekejap apabila kita simpan sendiri tanpa membaginya dengan orang lain.

Karena saya adalah seorang kapiten pendaki gunung,  maka memberikan segarnya embun pagi, ketidakpastiannya kabut, teriknya matahari, maupun dinginnya malam rimba dan luasnya Bumi Nusantara kepada mereka merupakan sebuah kebahagian yang ingin saya sampaikan dan saya bagi.

Ada beberapa foto dan sepenggal puisi karangan teman saya yang tidak bisa disebutkan namanya, yang dibuat khusus untuk para pendaki Gunung Lawu agar selalu bisa membagi kebahagiaan mereka dengan orang lain. Sekaligus sebagai penutup postingan nggak mutu kali ini.

oktaviyanti
Kakak tercinta di Puncak Merbabu
triyanto d.s
Adik tersayang di Puncak Lawu
Orang gantheng pamer kaos, di zoom yak :p

Judul: Belom dikasih judul
by: pendaki keren

Angin, batu, rumput, dan ranting-ranting pohon yang menari
Biarkan hadirnya menemani lelah langkahmu mendaki
Tangga tangga itu,
Tangga tangga yang dulu selalu membuatku bertanya
Dimana ujungnya
Rasakanlah tapak tapak kakimu saat menyentuhnya
Saat itulah, kau telah menyentuh tapak kakiku
Saat kau memandang kabutnya
Yakinlah, bahwa aku juga pernah memandang kabut itu dalam diamku 
Bila kau rasakan udaranya,
Kau akan tau, bahwa udara disitu pernah bersatu dalam paru-paruku
Kau,
Lihatkan pucuk-pucuk cemara itu untukku
Sentuhkan mekar bunga edelweis itu dengan ujung jemarimu
Karena aku berharap
Di suatu waktu
Jemariku bisa menyentuh jemarimu