Sedikit kan kucerita.
Tentang sekumpulan orang yang tinggal di dalam kotak.
Hitam pekat, sumpek, menahan dan terus bertahan.
Kumpulan Bapak yang selalu berdiri tegar.
Ditemani Ibu ibu yang selalu datang dan pergi.
Atap bocor bukan masalah.
Urusan dapur sudah biasa.
kami disegani para tetangga,
Pernah para tetangga bilang “ Hebat juga bapak-bapak itu, walau di tinggal istri,
Tapi tetap tegar dan bisa merawat anak anak”.
Dulu kami merantau dan bertemu di sini.
Dulu kami masih sepuluh orang dan ditemani beberapa kakek disini.
Saling mengisi dan berbagi.
Tapi semakin lama semakin habis.
Suatu ketika.
Salah satu bapak mempunyai ide untuk berwirausaha dengan temannya.
Tinggal Sembilan,
Ada juga yang bertani dan harus pergi dari kami.
Mengganti kakeknya jadi lurah
Tujuh dan terus berkurang.
Ada yang dapat pekerjaan di kota,
Orangnya putih dan agak sipit dengan badan mungil.
Tapi kadang kalau lagi libur dia masih main kesini.
Tinggal enam bapak bapak menunggu nasib.
Tak lama kemudian.
2 bapak juga pergi tanpa sebab yang jelas.
Berkurang lagi penghuni kotak ini.
Tinggal 4 orang saja.
Tambah luas, tapi tambah pusing memikirkan anak anak tanggungan kami.
Untung saja ada ibu- ibu yang sering main dan menghibur kami.
Mungkin karena kami punya yang namanya kepentingan pribadi.
Tak selang berapa waktu, ada bapak yang ikut gurunya mengaji.
Dan sedikit mengurangi intensitasnya di kotak ini.
Makin sedikit saja.
Tinggal 3 bapak tak bermasa depan tinggal disini.
Parahnya salah satu bapak kecantol sama ibu –ibu yang aku kenalkan kemaren.
Tinggal 2 orang disini ditemani kakek yang ndak lama lagi umurnya.
Dan anak anak yang butuh makan.
Sedikit menyesal kenapa juga aku kenalkan sama ibu ibu kemaren.
Masalah sepertinya ndak berakhir saja.
Kakek yang dulunya sering sharing yang kukenal sebagai sebuah sosok pemimpin.
Sekarang berbeda, aneh.
Mungkin karena kelahiran cucu kami kemarin.
Sudah susah merawat 9 anak.
Masih ditambah 23 cucu.
Pusing, bingung, serba salah rasanya.
Umur kami tinggal beberapa bulan lagi.
Kami berdua takut didikan yang salah diterima cucu cucu kami.
Tapi kami percaya sama anak anak kami yang sekarang masih 6 orang.
Dan pasti akan terus berkurang.
Kami khawatir juga dengan kelakuan aneh kakek.
Kalau ndak di ingatkan bisa bahaya, kalau diingatkan kebangetan juga.
Demikian lah sebuah cerita dari kotak warna hitam,
Berisi Bapak bapak yang tegar, dan sekarang mulai putus asa saja.
Terima kasih anak anaku yang telah sabar.
Kakek kami yang selalu memberi nasehat.
Ibu ibu yang telah mengisi hati kami.
Dan juga cucu kami yang masih minum susu.
Kami sudah capek dan mau mati nak.
Teruskan cita cita bapak dan tanggung jawab bapak.
Dulu kami masih sepuluh orang dan ditemani beberapa kakek disini.
Saling mengisi dan berbagi.
Tapi semakin lama semakin habis.
Suatu ketika.
Salah satu bapak mempunyai ide untuk berwirausaha dengan temannya.
Tinggal Sembilan,
Ada juga yang bertani dan harus pergi dari kami.
Mengganti kakeknya jadi lurah
Tujuh dan terus berkurang.
Ada yang dapat pekerjaan di kota,
Orangnya putih dan agak sipit dengan badan mungil.
Tapi kadang kalau lagi libur dia masih main kesini.
Tinggal enam bapak bapak menunggu nasib.
Tak lama kemudian.
2 bapak juga pergi tanpa sebab yang jelas.
Berkurang lagi penghuni kotak ini.
Tinggal 4 orang saja.
Tambah luas, tapi tambah pusing memikirkan anak anak tanggungan kami.
Untung saja ada ibu- ibu yang sering main dan menghibur kami.
Mungkin karena kami punya yang namanya kepentingan pribadi.
Tak selang berapa waktu, ada bapak yang ikut gurunya mengaji.
Dan sedikit mengurangi intensitasnya di kotak ini.
Makin sedikit saja.
Tinggal 3 bapak tak bermasa depan tinggal disini.
Parahnya salah satu bapak kecantol sama ibu –ibu yang aku kenalkan kemaren.
Tinggal 2 orang disini ditemani kakek yang ndak lama lagi umurnya.
Dan anak anak yang butuh makan.
Sedikit menyesal kenapa juga aku kenalkan sama ibu ibu kemaren.
Masalah sepertinya ndak berakhir saja.
Kakek yang dulunya sering sharing yang kukenal sebagai sebuah sosok pemimpin.
Sekarang berbeda, aneh.
Mungkin karena kelahiran cucu kami kemarin.
Sudah susah merawat 9 anak.
Masih ditambah 23 cucu.
Pusing, bingung, serba salah rasanya.
Umur kami tinggal beberapa bulan lagi.
Kami berdua takut didikan yang salah diterima cucu cucu kami.
Tapi kami percaya sama anak anak kami yang sekarang masih 6 orang.
Dan pasti akan terus berkurang.
Kami khawatir juga dengan kelakuan aneh kakek.
Kalau ndak di ingatkan bisa bahaya, kalau diingatkan kebangetan juga.
Demikian lah sebuah cerita dari kotak warna hitam,
Berisi Bapak bapak yang tegar, dan sekarang mulai putus asa saja.
Terima kasih anak anaku yang telah sabar.
Kakek kami yang selalu memberi nasehat.
Ibu ibu yang telah mengisi hati kami.
Dan juga cucu kami yang masih minum susu.
Kami sudah capek dan mau mati nak.
Teruskan cita cita bapak dan tanggung jawab bapak.