Sabtu, 30 Januari 2010

Mapala sering diartikan Mahasiswa Pecinta Alam, ataukah Mahasiswa Penikmat Alam?
Ataukah “Mahasiswa Paling Lama” ( mundur lulusnya ), atau kalau dosenku sering bilang “Mahasiswa Paling Langka”. Terserah mereka mau berpendapat apa mengenai mapala, yang penting penulis cuman ingin memperjelas yang namanya “Mapala” di mata penulis sendiri.

Dari “kamus pengalaman” penulis, dikatakan bahwa mapala merupakan suatu organisasi yang bertujuan melestarikan alam sekitar dan anggotanya adalah seorang mahasiswa. Tetapi ada juga yang bukan mahasiswa sich, kita sering sebut dengan nama “sispala” bedanya hanya terletak pada angggota nya yaitu seorang siswa sma atau sederajat. Selain itu ada juga istilah “freeland”, kalau yang ini bukan siswa atau mahasiswa tetapi sudah bekerja atau lulus kuliah,dan tidak terikat oleh aturan organisasi. Sebenarnya kalau dipandang dari sudut tujuan organisasi tersebut, mereka semua sama. Yang membedakan hanya pandangan pikiran yang di miliki masing masing anggota, dalam hal ini di titik beratkan pada masalah “umur” para anggotanya.

Berhubung penulis bukan sispala atau freeland, lebih baik kita membicarakan masalah mapala saja.
Berdasarkan survey yang penulis lakukan walaupun belum akurat 100%, orang awam memandang mapala merupakan kumpulan orang orang yang hobynya naek gunung. Ada yang bilang mapala merupakan “anak hutan” dikarenakan sering berbaur dengan yang namanya “hutan”. Memang betul, mapala sering bergaul dengan “hutan” (kalu lebih enak kita pakai kata “alam” saja) tetapi bukan berarti aktivitas mapala cuma di alam saja.


Mapala merupakan bhineka Tunggal Ika, mereka dari golongan berbeda beda. kaya, miskin, pintar, bodoh, pria, wanita, tampan, cantik, jelek, pas2 an (aku banget), anak konglomerat, pengusaha, pedagang, petani, semua ada. Kalau penulis bahas ndak selesai nanti, yang jelas dari Sabang sampai Merauke semua ada. Mereka semua keluarga, walau bukan dari Bapak atau Ibu sekandung, orang tua mereka adalah alam ini. Mapala memiliki ikatan yang kuat antar anggotanya, tua, muda saling menghormati. Mereka memiliki keanggotaan “seumur hidup” yang berarti bahwa selama dia masih hidup, maka dia masih menjadi anggota organisasinya tersebut. Kecuali mengundurkan diri atau keluar atas pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Kesan mapala sekarang menurun, orang tua jaman sekarang menganggap bahwa mapala merupakan kumpulan orang orang malas, yang paling lama lulusnya atau sering disebut “macan kampus” (kayak lagunya PHB aja). Mereka bodoh, kotor, kurangkerjaan, dan susah diatur.


Tetapi dari sudut pandang mapala sendiri berpendapat beda. “Mapala memang bodoh” karena jarang masuk kuliah dibandingkan mahasiswa pada umumnya, “kami memang kotor” tapi hanya sebagian dari mereka yang jarang mandi ^_^, “kami susah diatur dan itu memang benar”. Bukan sekedar susah diatur saja, mereka cuman pengen mengeluarkan pendapat kuk. Mereka berpenampilan agak berbeda dengan mahasiswa lain, memang biasanya jadi macan kampus tadi, mahasiswa lain pada takut sama mereka. Para dosen sangat benci yang namanya “mapala”, soalnya sering tidak masuk, tidak ikut mid semester, atau jarang ngumpulin tugas tepat waktu. 


Tapi yang anehnya apa?
Sebagian besar Mapala sangat menghormati orang tua mereka, walaupun mereka nakal, usil, dan seperti tak punya rasa takut pada siapa saja, tetapi mereka masih takut dengan orang tua mereka. Penjelasan diatas merupakan penjabaran kehidupan mapala dikampus, yang sering di cap negative oleh orang orang awam di kampus.


Tetapi lain halnya saat mereka masuk dalam sesi organisasi, mereka professional. Mereka juga mempunyai “struktur organisasi”, ”rancangan kerja”, ”pertanggungjawaban”, dan semua hal yang penulis tidak kenal sebelumnya, layaknya organisasi pada umumnya. Ketua, sekertaris, bendahara, dll. Mapala mempunyai loyalitas yang tinggi, kekeluargaan, sosial yang tinggi. Mereka sering terjun langsung dalam aksi aksi sosial (tetapi para “awam” biasanya tidak tahu).


Mereka tidak digaji layaknya polisi, tentara maupun pegawai pemerintah lainnya, Cuman kata loyalitas yang di pegang oleh seorang mapala, dan itu sudah lebih dari cukup bagi mereka.
Dan hal itulah yang menjadi kebanggaan seorang mapala.


Sedikit menyinggung mengenai sispala maupun freeland tadi. Boleh dikatakan mereka sama, prinsip dan tujuan mereka sama. Hanya saja sispala lebih ke ‘maen’ nya dari pada interaksi sama OPA (organisasi pecinta alam), freeland dengan basic pecinta alam yang asli dan biasanya berawal dari hoby naek gunungnya, sistem perekrutan anggota merekapun berbeda beda. Kalau di pandang dari segi prestasi mapala, sispala, maupun freeland lebih menonjol ke mapalanya. Walaupun tidak menutup kemungkinan sispala maupun freeland lebih berbobot dari mapala. Tetapi yang jelas kalau dilihat dari materi yang dimiliki per OPA, mapala lah yang memiliki lebih banyak materi. Dikarenakan status pendidikan dan masa keanggotaan yang lebih lama dari sispala maupun freeland.


Disini penulis bukan menjelek jelekan suatu organisasi maupun membanding bandingkannya, tetapi tak lain halnya cuma membahas suatu masalah dari pihak penulis. Dan seumpanya ada yang merasa tersinggung mohon dimaafkan.


Sepatah kata dari seorang “mapala pengecut” :

“Enyah saja para pemburu liar!!”
“makanlah pelurumu!!!!, lewat generasi setelahmu”
“biar kalian tahu apa itu punah”
“Enyah saja para pemilik pabrik!!!”
“payungkan uangmu diatas, agar tidak panas”
“biar kalian tahu bumi sudah lelah meneduhkanmu”
“dan untuk para generasi modern yang idealis!!!”
“empat acungan jempol!!!, kalian masih memberikan tempat istirahat”
“bagi hewan yang sudah punah itu,,,
“MUSEUM”

Mapala sering diartikan Mahasiswa Pecinta Alam, ataukah Mahasiswa Penikmat Alam?
Ataukah “Mahasiswa Paling Lama” ( mundur lulusnya ), atau kalau dosenku sering bilang “Mahasiswa Paling Langka”. Terserah mereka mau berpendapat apa mengenai mapala, yang penting penulis cuman ingin memperjelas yang namanya “Mapala” di mata penulis sendiri.

Dari “kamus pengalaman” penulis, dikatakan bahwa mapala merupakan suatu organisasi yang bertujuan melestarikan alam sekitar dan anggotanya adalah seorang mahasiswa. Tetapi ada juga yang bukan mahasiswa sich, kita sering sebut dengan nama “sispala” bedanya hanya terletak pada angggota nya yaitu seorang siswa sma atau sederajat. Selain itu ada juga istilah “freeland”, kalau yang ini bukan siswa atau mahasiswa tetapi sudah bekerja atau lulus kuliah,dan tidak terikat oleh aturan organisasi. Sebenarnya kalau dipandang dari sudut tujuan organisasi tersebut, mereka semua sama. Yang membedakan hanya pandangan pikiran yang di miliki masing masing anggota, dalam hal ini di titik beratkan pada masalah “umur” para anggotanya.

Berhubung penulis bukan sispala atau freeland, lebih baik kita membicarakan masalah mapala saja.
Berdasarkan survey yang penulis lakukan walaupun belum akurat 100%, orang awam memandang mapala merupakan kumpulan orang orang yang hobynya naek gunung. Ada yang bilang mapala merupakan “anak hutan” dikarenakan sering berbaur dengan yang namanya “hutan”. Memang betul, mapala sering bergaul dengan “hutan” (kalu lebih enak kita pakai kata “alam” saja) tetapi bukan berarti aktivitas mapala cuma di alam saja.


Mapala merupakan bhineka Tunggal Ika, mereka dari golongan berbeda beda. kaya, miskin, pintar, bodoh, pria, wanita, tampan, cantik, jelek, pas2 an (aku banget), anak konglomerat, pengusaha, pedagang, petani, semua ada. Kalau penulis bahas ndak selesai nanti, yang jelas dari Sabang sampai Merauke semua ada. Mereka semua keluarga, walau bukan dari Bapak atau Ibu sekandung, orang tua mereka adalah alam ini. Mapala memiliki ikatan yang kuat antar anggotanya, tua, muda saling menghormati. Mereka memiliki keanggotaan “seumur hidup” yang berarti bahwa selama dia masih hidup, maka dia masih menjadi anggota organisasinya tersebut. Kecuali mengundurkan diri atau keluar atas pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Kesan mapala sekarang menurun, orang tua jaman sekarang menganggap bahwa mapala merupakan kumpulan orang orang malas, yang paling lama lulusnya atau sering disebut “macan kampus” (kayak lagunya PHB aja). Mereka bodoh, kotor, kurangkerjaan, dan susah diatur.


Tetapi dari sudut pandang mapala sendiri berpendapat beda. “Mapala memang bodoh” karena jarang masuk kuliah dibandingkan mahasiswa pada umumnya, “kami memang kotor” tapi hanya sebagian dari mereka yang jarang mandi ^_^, “kami susah diatur dan itu memang benar”. Bukan sekedar susah diatur saja, mereka cuman pengen mengeluarkan pendapat kuk. Mereka berpenampilan agak berbeda dengan mahasiswa lain, memang biasanya jadi macan kampus tadi, mahasiswa lain pada takut sama mereka. Para dosen sangat benci yang namanya “mapala”, soalnya sering tidak masuk, tidak ikut mid semester, atau jarang ngumpulin tugas tepat waktu. 


Tapi yang anehnya apa?
Sebagian besar Mapala sangat menghormati orang tua mereka, walaupun mereka nakal, usil, dan seperti tak punya rasa takut pada siapa saja, tetapi mereka masih takut dengan orang tua mereka. Penjelasan diatas merupakan penjabaran kehidupan mapala dikampus, yang sering di cap negative oleh orang orang awam di kampus.


Tetapi lain halnya saat mereka masuk dalam sesi organisasi, mereka professional. Mereka juga mempunyai “struktur organisasi”, ”rancangan kerja”, ”pertanggungjawaban”, dan semua hal yang penulis tidak kenal sebelumnya, layaknya organisasi pada umumnya. Ketua, sekertaris, bendahara, dll. Mapala mempunyai loyalitas yang tinggi, kekeluargaan, sosial yang tinggi. Mereka sering terjun langsung dalam aksi aksi sosial (tetapi para “awam” biasanya tidak tahu).


Mereka tidak digaji layaknya polisi, tentara maupun pegawai pemerintah lainnya, Cuman kata loyalitas yang di pegang oleh seorang mapala, dan itu sudah lebih dari cukup bagi mereka.
Dan hal itulah yang menjadi kebanggaan seorang mapala.


Sedikit menyinggung mengenai sispala maupun freeland tadi. Boleh dikatakan mereka sama, prinsip dan tujuan mereka sama. Hanya saja sispala lebih ke ‘maen’ nya dari pada interaksi sama OPA (organisasi pecinta alam), freeland dengan basic pecinta alam yang asli dan biasanya berawal dari hoby naek gunungnya, sistem perekrutan anggota merekapun berbeda beda. Kalau di pandang dari segi prestasi mapala, sispala, maupun freeland lebih menonjol ke mapalanya. Walaupun tidak menutup kemungkinan sispala maupun freeland lebih berbobot dari mapala. Tetapi yang jelas kalau dilihat dari materi yang dimiliki per OPA, mapala lah yang memiliki lebih banyak materi. Dikarenakan status pendidikan dan masa keanggotaan yang lebih lama dari sispala maupun freeland.


Disini penulis bukan menjelek jelekan suatu organisasi maupun membanding bandingkannya, tetapi tak lain halnya cuma membahas suatu masalah dari pihak penulis. Dan seumpanya ada yang merasa tersinggung mohon dimaafkan.


Sepatah kata dari seorang “mapala pengecut” :

“Enyah saja para pemburu liar!!”
“makanlah pelurumu!!!!, lewat generasi setelahmu”
“biar kalian tahu apa itu punah”
“Enyah saja para pemilik pabrik!!!”
“payungkan uangmu diatas, agar tidak panas”
“biar kalian tahu bumi sudah lelah meneduhkanmu”
“dan untuk para generasi modern yang idealis!!!”
“empat acungan jempol!!!, kalian masih memberikan tempat istirahat”
“bagi hewan yang sudah punah itu,,,
“MUSEUM”

Rabu, 27 Januari 2010

Dalam pembahasan kali ini penulis akan sedikit membahas tentang agama yang penulis rangkum ke folder "Islam". Mungkin dalam link Islam ini banyak penulis ambil dari majalah islam,internet, ceramah-ceramah, dan yang pasti penulis ndak sekedar ngarang. Singkat kata terdapat dasar yang bisa di pertanggung jawabkan dalam postingan ini. Seandainya dalam postingan ini terdapat hal yang keliru, maka mohon saran dan pendapatnya.

Langsung saja postingan pertamaku tentang Islam, mengenai "All Rights Reserved"

Bolehkah Copy Dan Install Software Komputer Tanpa Membeli Program Asli ?

Oleh:
Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyah Wal Ifta



Pertanyaan.
Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyah Wal Ifta ditanya : Saya bekerja di bidang komputer, saya biasa mengcopy dan menginstall program untuk dapat dijalankan. Hal itu saya lakukan tanpa membeli CD yang berisi program asli. Perlu diketahui, pada CD tersebut terdapat peringatan yang menyebutkan : “Hak Cipta Dilindungi”, yang menyerupai istilah yang tertulis dalam buku : “All Rights Reserved” (Semua Hak Cipta Dilindungi). Pemilik program ini bisa seorang muslim dan bisa juga kafir. Pertanyaan saya, apakah boleh mengcopy (atau install) dengan cara seperti ini atau tidak ?

Jawaban
Tidak boleh mengcopy (install) program yang pemegang hak ciptanya melarang, kecuali dengan se-izin mereka. Hal itu didasarkan pada sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Artinya : Kaum muslimin itu berpegang pada persyaratan mereka” [1]

Juga sabda beliau yang lain.

“Artinya : Tidak dihalalkan harta seorang muslimin kecuali yang diberikan dari ketulusan hatinya yang dalam” [2]

Demikian juga dengan sabda beliau.

“Artinya : Barangsiapa yang lebih dulu pada suatu hal yang mubah, maka dialah yang paling berhak terhadapnya”

Baik pemegang hal cipta program itu seorang muslim maupun kafir yang bukan harbi (orang kafir yang tidak boleh diperangi), karena hak orang kafir yang bukan harbi harus juga dihormati, sebagaimana halnya dengan haq orang muslim.

Wabillaahit Taufiq. Dan mudah-mudahan Allah senantiasa melimpahkan kesejahteraan dan keselamatan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya.


COPYRIGHT PRODUKSI KASET

Pertanyaan.
Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyah Wal Ifta ditanya : Apakah saya boleh merekam salah satu kaset dan menjualnya, tetapi tanpa meminta izin terlebih dahulu dari pemegang hak, atau kalau bukan kepada pemegang hak, paling tidak kepada rumah produksi yang khusus mengurus hak perekaman ? Dan apakah saya boleh mengcopy salah satu buku dan mengumpulkannya dalam jumlah besar dan setelah itu menjualnya ? Dan bolehkah saya mengcopy salah satu buku tetapi tidak untuk menjualnya, tetapi saya mengoleksinya untuk keperluan pribadi. Sementara buku-buku ini mencantumkan tulisan : “Hak Cipta Dilindungi”. Apakah saya perlu meminta izin atau tidak ? Tolong beritahu kami mengenai masalah ini, mudah-mudahan Allah memberikan berkah keapda anda.

Jawaban.
Tidak ada larangan merekam kaset yang memuat hal-hal yang bermanfaat dan menjuallnya, juga mengcopy buku-buku dan menjualnya. Sebab, hal itu dapat membantu menyebarkan ilmu pengetahuan, kecuali jika pemegang haknya melarang melakukan hal tersebut, dan karenanya harus meminta izin kepada mereka.

Wabillaahit Taufiq. Dan mudah-mudahan Allah senantiasa melimpahkan kesejahteraan dan keselamatan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya.


[Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyah Wal Ifta, Fatwa Nomor 18453, dan Pertanyaan ke-2 dari Fatwa Nomor 18845, Disalin dari Fataawaa Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyyah Wal Ifta, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Jual Beli, Pengumpul dan Penyusun Ahmad bin Abdurrazzaq Ad-Duwaisy, Terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi’i]
_________
Foote Note
[1]. HR Al-Bukhari dalam kitab As-Sunan Al-Kubra VII/248, Abdurrazzak dalam Mushannaf-nya VIII/377, Al-Hakim II/57 nomor 2309, Ad-Daraquthni II/606 nomor 2845, Abu Dawud 3594. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwaa’ul Ghaliil V/142 nomor 1303
[2]. HR Al-Baihaqi dalam kitab Sunnannya VIII/182, Ahmad V/276, nomor 15488, Ad-Daraquthni II/602 nomor 2849-2850, Abu Ya’la III/140 nomor 1570. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwaa’ul Ghaliil nomor 1459

Sumber : almanhaj

Dalam pembahasan kali ini penulis akan sedikit membahas tentang agama yang penulis rangkum ke folder "Islam". Mungkin dalam link Islam ini banyak penulis ambil dari majalah islam,internet, ceramah-ceramah, dan yang pasti penulis ndak sekedar ngarang. Singkat kata terdapat dasar yang bisa di pertanggung jawabkan dalam postingan ini. Seandainya dalam postingan ini terdapat hal yang keliru, maka mohon saran dan pendapatnya.

Langsung saja postingan pertamaku tentang Islam, mengenai "All Rights Reserved"

Bolehkah Copy Dan Install Software Komputer Tanpa Membeli Program Asli ?

Oleh:
Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyah Wal Ifta



Pertanyaan.
Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyah Wal Ifta ditanya : Saya bekerja di bidang komputer, saya biasa mengcopy dan menginstall program untuk dapat dijalankan. Hal itu saya lakukan tanpa membeli CD yang berisi program asli. Perlu diketahui, pada CD tersebut terdapat peringatan yang menyebutkan : “Hak Cipta Dilindungi”, yang menyerupai istilah yang tertulis dalam buku : “All Rights Reserved” (Semua Hak Cipta Dilindungi). Pemilik program ini bisa seorang muslim dan bisa juga kafir. Pertanyaan saya, apakah boleh mengcopy (atau install) dengan cara seperti ini atau tidak ?

Jawaban
Tidak boleh mengcopy (install) program yang pemegang hak ciptanya melarang, kecuali dengan se-izin mereka. Hal itu didasarkan pada sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Artinya : Kaum muslimin itu berpegang pada persyaratan mereka” [1]

Juga sabda beliau yang lain.

“Artinya : Tidak dihalalkan harta seorang muslimin kecuali yang diberikan dari ketulusan hatinya yang dalam” [2]

Demikian juga dengan sabda beliau.

“Artinya : Barangsiapa yang lebih dulu pada suatu hal yang mubah, maka dialah yang paling berhak terhadapnya”

Baik pemegang hal cipta program itu seorang muslim maupun kafir yang bukan harbi (orang kafir yang tidak boleh diperangi), karena hak orang kafir yang bukan harbi harus juga dihormati, sebagaimana halnya dengan haq orang muslim.

Wabillaahit Taufiq. Dan mudah-mudahan Allah senantiasa melimpahkan kesejahteraan dan keselamatan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya.


COPYRIGHT PRODUKSI KASET

Pertanyaan.
Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyah Wal Ifta ditanya : Apakah saya boleh merekam salah satu kaset dan menjualnya, tetapi tanpa meminta izin terlebih dahulu dari pemegang hak, atau kalau bukan kepada pemegang hak, paling tidak kepada rumah produksi yang khusus mengurus hak perekaman ? Dan apakah saya boleh mengcopy salah satu buku dan mengumpulkannya dalam jumlah besar dan setelah itu menjualnya ? Dan bolehkah saya mengcopy salah satu buku tetapi tidak untuk menjualnya, tetapi saya mengoleksinya untuk keperluan pribadi. Sementara buku-buku ini mencantumkan tulisan : “Hak Cipta Dilindungi”. Apakah saya perlu meminta izin atau tidak ? Tolong beritahu kami mengenai masalah ini, mudah-mudahan Allah memberikan berkah keapda anda.

Jawaban.
Tidak ada larangan merekam kaset yang memuat hal-hal yang bermanfaat dan menjuallnya, juga mengcopy buku-buku dan menjualnya. Sebab, hal itu dapat membantu menyebarkan ilmu pengetahuan, kecuali jika pemegang haknya melarang melakukan hal tersebut, dan karenanya harus meminta izin kepada mereka.

Wabillaahit Taufiq. Dan mudah-mudahan Allah senantiasa melimpahkan kesejahteraan dan keselamatan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya.


[Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyah Wal Ifta, Fatwa Nomor 18453, dan Pertanyaan ke-2 dari Fatwa Nomor 18845, Disalin dari Fataawaa Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyyah Wal Ifta, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Jual Beli, Pengumpul dan Penyusun Ahmad bin Abdurrazzaq Ad-Duwaisy, Terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi’i]
_________
Foote Note
[1]. HR Al-Bukhari dalam kitab As-Sunan Al-Kubra VII/248, Abdurrazzak dalam Mushannaf-nya VIII/377, Al-Hakim II/57 nomor 2309, Ad-Daraquthni II/606 nomor 2845, Abu Dawud 3594. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwaa’ul Ghaliil V/142 nomor 1303
[2]. HR Al-Baihaqi dalam kitab Sunnannya VIII/182, Ahmad V/276, nomor 15488, Ad-Daraquthni II/602 nomor 2849-2850, Abu Ya’la III/140 nomor 1570. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwaa’ul Ghaliil nomor 1459

Sumber : almanhaj

Sabtu, 16 Januari 2010

Memang kuliah itu susah susah gampang, tergantung dari cara kita menjalani kuliah tersebut. Seperti halnya dulu sewaktu kita SMA atau SMK yang takut dan alergi dengan yang namanya "Matematika", "FISIKA" dan semua pelajaran yang berbau angka- angka tesebut. Salah satu siswa berpendapat kalau matematika dan fisika merupakan hal yang sulit untuk dipelajari. Di sisi lain ada juga Siswa yang berpendapat bahwa pelajaran matematika sangat asyik dan penuh tantangan. Tinggal bagaimana kita menjalani pelajaran tersebut, dengan kata lain bagaimana cara kita memasukan dan membuat semua angka-angka tersebut masuk kedalam otak kita, Rumus-rumus, persamaan, tabel, grafik soal-soal sehingga akrab dengan kita.
Di dunia perkuliahan sangat berbeda dengan yang namanya sekolah, kita dituntut aktif dan berfikir kritis. Kita tidak perlu pintar untuk mendapatkan IPK yang bagus, yang kita perlukan hanya "usaha" dan "rajin". Sering ditemukan kasus bahwa ada seorang mahasiswa yang pintar di bidang akademik, tetapi kenapa dia masih kalah dengan teman yang secara kenyataan iq nya dibawahnya. Padahal teman mereka jarang masuk smua, tetapi kenapa nilainya sama saja dengan yang rajin masuk?. Akhirnya sering terjadilah kesenjangan antar mahasiswa, rasa iri dengan mahasiswa lain. Sebenarnya itu bukan kesalahan dosen dalam memberikan nilai, maupun keberuntungan mahasiswa tersebut. Tetapi itulah asyiknya kuliah.... ^_^
Kuliah tidak sama dengan sekolah dan itu sangat beda sekali, di masa sekolah semua sama yang penting ujian semester dan ujian mid dapat nilai bagus, maka nilai raportnya juga bagus. Sedikit bercerita dengan kehidupan penulis sewaktu sekolah ya, Aku dulu pernah mengenyam pendidikan setara SMA, yaitu Sekolah kejuruan dimana apabila kita lulus, peluang mendapatkan pekerjaan sangat besar. "Masuk jam 7 dan jarang telat, istirahat jam 9.30 dan penulis habiskan di perpustakaan buat baca baca". Dan yang di baca apa coba? Juga buku pelajaran, tetapai dalam kenyataannya tidak diberikan di kelas. Jam 13.30 pulang naik sepeda onthelku, bersih bersih badan, makan, nonton tv, maen, mandi, belajar dan ngerjain tugas maupun PR yang kita dapat tadi siang.

Trus?... ya Tidur...

Besoknya ngapain? ya sama seperti itu lagi.
berangkat, pulang, berangkat, pulang.
Hasilnya apa?
Ya nilaiku pun sangat bagus dan cukup memuaskan dalam segi akademik.
Tetapi di luar akademik? Nol besar......
Apakah mahasiswa sekarang masih seperti yang aku ceritakan diatas?
Kalau dikampusku aku jawab iya...

Dan itu kenyataan yang nyata dan dapat di buktikan.
Mereka masuk pagi, dan setelah jam kuliah habis ya langsung pulang kerumah. Maupun pulang ke kost bagi yang ngekost...
Trus apa gunanya kuliah?
menghabiskan uang orang tua?
Atau cuman sekedar cari pacar?
maupun jawaban yang standar...,
"aku kuliah biar pinter?"
Seperti itulah jawaban orang orang yang bodoh. Kalau anda pengen pinter mendingan les privat aja, cepat dan tepat.
Ndak menghabiskan waktu bertahun tahun biar lulus.
Kita bahas masalah yang di atas tadi.
Mahasiswa merupakan "Maha"nya siswa, dengan kata lain jauh diatas derajat seorang siswa biasa. Lalu bagaimana status mahasiswa yang tingkah lakunya dan kebiasaannya masih seperti siswa tadi?
Apa masih bisa dianggap sebagai mahasiswa?
kalau menurutku dia bukan seorang mahasiswa
TUjuan kita dikuliahkan orang tua kita bukan agar pintar saja. Tapi Agar kita bermoral, agar kita tahu apa itu sopan santun, tata krama, Sosial, apa itu kesulitan dan permasalahan hidup. Semenjak penulis kuliah, banyak hal yang berubah dalam perilakuku, sikap, maupun tanggung jawab.
Apalagi penulis merupakan salah satu anggota organisasi pecinta alam di kampus ku,
yang dalam kenyataannya sering berbaur dengan yang namanya alam. sehingga kamu tau arti sebuah hidup, apa itu usaha keras, keyakinan, dan kegagalan. Penulis juga merasakan apa itu patah hati di saat masa kuliah. Apa yang namanya pengorbanan, dan pengalaman lain.
Masa masa perkuliahan merupakan masa di mana kita dibentuk, masa di mana hidup akan berwarna, bukan hanya hitam dan putih. Yang namanya pendidikan adalah mendidik manusia, bukan mendidik agar kaya, bukan hanya mendidik agar sukses. Tetapi yang namanya pendidikan adalah penyusunan moral kita.
lalu bagaimana kita bisa menilai kesuksesan mahasiswa?
Bisa dilihat dari perubahan moral si pelaku, apakah tambah bagus atau tambah hancur.
yang jelas seorang mahasiswa tidak boleh mengecewakan orang tua yang telah banyak berkorban untuk dirinya.

Untuk kesimpulan pada tulisan kali ini yaitu "aku sudah ngantuk..!!!"
tiap hari ndak tidur jwe, dah jam 4 nie!!!
kapan kapan lanjut lage ya!
dah ndak kuat ngetik nie.


thankZ:
"enzi" yang setia nemenin penulis smsan sampai ketiduran.
Para insomnia (kalau ndak salah nulisnya) "where ever you are!!!!"
and for my "Stephanie Patricia Montez"

Memang kuliah itu susah susah gampang, tergantung dari cara kita menjalani kuliah tersebut. Seperti halnya dulu sewaktu kita SMA atau SMK yang takut dan alergi dengan yang namanya "Matematika", "FISIKA" dan semua pelajaran yang berbau angka- angka tesebut. Salah satu siswa berpendapat kalau matematika dan fisika merupakan hal yang sulit untuk dipelajari. Di sisi lain ada juga Siswa yang berpendapat bahwa pelajaran matematika sangat asyik dan penuh tantangan. Tinggal bagaimana kita menjalani pelajaran tersebut, dengan kata lain bagaimana cara kita memasukan dan membuat semua angka-angka tersebut masuk kedalam otak kita, Rumus-rumus, persamaan, tabel, grafik soal-soal sehingga akrab dengan kita.
Di dunia perkuliahan sangat berbeda dengan yang namanya sekolah, kita dituntut aktif dan berfikir kritis. Kita tidak perlu pintar untuk mendapatkan IPK yang bagus, yang kita perlukan hanya "usaha" dan "rajin". Sering ditemukan kasus bahwa ada seorang mahasiswa yang pintar di bidang akademik, tetapi kenapa dia masih kalah dengan teman yang secara kenyataan iq nya dibawahnya. Padahal teman mereka jarang masuk smua, tetapi kenapa nilainya sama saja dengan yang rajin masuk?. Akhirnya sering terjadilah kesenjangan antar mahasiswa, rasa iri dengan mahasiswa lain. Sebenarnya itu bukan kesalahan dosen dalam memberikan nilai, maupun keberuntungan mahasiswa tersebut. Tetapi itulah asyiknya kuliah.... ^_^
Kuliah tidak sama dengan sekolah dan itu sangat beda sekali, di masa sekolah semua sama yang penting ujian semester dan ujian mid dapat nilai bagus, maka nilai raportnya juga bagus. Sedikit bercerita dengan kehidupan penulis sewaktu sekolah ya, Aku dulu pernah mengenyam pendidikan setara SMA, yaitu Sekolah kejuruan dimana apabila kita lulus, peluang mendapatkan pekerjaan sangat besar. "Masuk jam 7 dan jarang telat, istirahat jam 9.30 dan penulis habiskan di perpustakaan buat baca baca". Dan yang di baca apa coba? Juga buku pelajaran, tetapai dalam kenyataannya tidak diberikan di kelas. Jam 13.30 pulang naik sepeda onthelku, bersih bersih badan, makan, nonton tv, maen, mandi, belajar dan ngerjain tugas maupun PR yang kita dapat tadi siang.

Trus?... ya Tidur...

Besoknya ngapain? ya sama seperti itu lagi.
berangkat, pulang, berangkat, pulang.
Hasilnya apa?
Ya nilaiku pun sangat bagus dan cukup memuaskan dalam segi akademik.
Tetapi di luar akademik? Nol besar......
Apakah mahasiswa sekarang masih seperti yang aku ceritakan diatas?
Kalau dikampusku aku jawab iya...

Dan itu kenyataan yang nyata dan dapat di buktikan.
Mereka masuk pagi, dan setelah jam kuliah habis ya langsung pulang kerumah. Maupun pulang ke kost bagi yang ngekost...
Trus apa gunanya kuliah?
menghabiskan uang orang tua?
Atau cuman sekedar cari pacar?
maupun jawaban yang standar...,
"aku kuliah biar pinter?"
Seperti itulah jawaban orang orang yang bodoh. Kalau anda pengen pinter mendingan les privat aja, cepat dan tepat.
Ndak menghabiskan waktu bertahun tahun biar lulus.
Kita bahas masalah yang di atas tadi.
Mahasiswa merupakan "Maha"nya siswa, dengan kata lain jauh diatas derajat seorang siswa biasa. Lalu bagaimana status mahasiswa yang tingkah lakunya dan kebiasaannya masih seperti siswa tadi?
Apa masih bisa dianggap sebagai mahasiswa?
kalau menurutku dia bukan seorang mahasiswa
TUjuan kita dikuliahkan orang tua kita bukan agar pintar saja. Tapi Agar kita bermoral, agar kita tahu apa itu sopan santun, tata krama, Sosial, apa itu kesulitan dan permasalahan hidup. Semenjak penulis kuliah, banyak hal yang berubah dalam perilakuku, sikap, maupun tanggung jawab.
Apalagi penulis merupakan salah satu anggota organisasi pecinta alam di kampus ku,
yang dalam kenyataannya sering berbaur dengan yang namanya alam. sehingga kamu tau arti sebuah hidup, apa itu usaha keras, keyakinan, dan kegagalan. Penulis juga merasakan apa itu patah hati di saat masa kuliah. Apa yang namanya pengorbanan, dan pengalaman lain.
Masa masa perkuliahan merupakan masa di mana kita dibentuk, masa di mana hidup akan berwarna, bukan hanya hitam dan putih. Yang namanya pendidikan adalah mendidik manusia, bukan mendidik agar kaya, bukan hanya mendidik agar sukses. Tetapi yang namanya pendidikan adalah penyusunan moral kita.
lalu bagaimana kita bisa menilai kesuksesan mahasiswa?
Bisa dilihat dari perubahan moral si pelaku, apakah tambah bagus atau tambah hancur.
yang jelas seorang mahasiswa tidak boleh mengecewakan orang tua yang telah banyak berkorban untuk dirinya.

Untuk kesimpulan pada tulisan kali ini yaitu "aku sudah ngantuk..!!!"
tiap hari ndak tidur jwe, dah jam 4 nie!!!
kapan kapan lanjut lage ya!
dah ndak kuat ngetik nie.


thankZ:
"enzi" yang setia nemenin penulis smsan sampai ketiduran.
Para insomnia (kalau ndak salah nulisnya) "where ever you are!!!!"
and for my "Stephanie Patricia Montez"