Minggu, 26 Januari 2014

Gunung Rinjani. Gunung tertinggi kedua di Indonesia setelah Gunung Kerinci (Sumatera), terletak di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat. Memiliki ketinggian 3726 meter di atas permukaan laut, dengan kaldera yang sangat luas di puncaknya. Terdapat danau segara anak di dalamnya, merupakan surga bagi para pendaki gunung rinjani, dan termasuk dalam jajaran danau tertingi di Indonesia.

26 Agustus 2013 merupakan salah satu  hari yang berkesan dalam hidup saya. Setelah project dosen di Jambi telah saya paksakan usai, saya berkesempatan memenuhi janji yang masih melekat di dalam hati. Janji menemani sobat sepenanggungan setelah sukses dengan pendakian Semeru nya, mendaki gunung tertinggi kedua di Indonesia. Mencium harumnya puncak Rinjani bersama-sama.

Tidak ber-delapan lagi
Karena alasan biaya, akhirnya hanya kami bertiga yang memberanikan diri dan memuaskan ego ke Lombok. Rizal seorang pekerja swasta disalah satu perusahaan tambang batubara di Indonesia yang belum pernah sama sekali mendaki gunung. Karta Prihandoko, seorang mahasiswa galau yang tinggal menunggu di wisuda kala itu. Dan saya sendiri, Kempor, seorang pengangguran tak bermodal yang makan aja sulit. Dan yang terakhir, salam semangat dari teman teman eks pendakian semeru kemarin.

Pendakian kami mulai dari pos registrasi Sembalun. Suasana ramah penduduk sekitar menemani pagi kami, melihat hilir mudik aktivitas para penduduk, anak kecil berseragam merah putih bersliweran, merupakan moment yang jarang kami temui di kota. Di pos registrasi, kami bertemu dengan pendaki senior dari Surabaya (Chupank dan Choly).

jalur sembalun rinjani
sebelum berangkat, narsis dolo di pos registrasi


Trek jalur sembalun sangat cocok buat pemula, di jalur ini relatif tidak menguras tenaga jika dibanding jalur Senaru. Padang savana yang sangat luas, terluas yang pernah saya lihat selama ini. Pemandangan yang sangat indah di sepanjang mata memandang. Layaknya jamuan awal sebagai hadiah agar kita semangat sampai puncak tertinggi kedua di Nusantara Indonesia ini. Terlihat dari kejauhan puncak dari rinjani.

jalur gunung rinjani
Lebay bawa tas dobel-dobel 

Pos 1-Pos 2-Pos 3????
Jalur sembalun memiliki banyak sekali pos bayangan, sehingga perlu diperhatikan agar tidak tertipu dengan pos-pos bayangan tersebut. Jangan bersantai-santai dan banyak istirahat sebelum sampai pos terakhir yaitu plawangan sembalun. Kami sempat tertipu bermalam di pos 3, dan ternyata pos tersebut adalah pos bayangan. Alhasil paginya kita sarapan dengan tanjakan, tanjakan dan tanjakan seterusnya. Hanya saja kita akan dimanjakan dengan sedikitnya oksigen saat melewati bukit penyesalan. Saya kurang tahu kenapa dinamakan bukit penyesalan.

bukit penyesalan
Tuh si Koko udah nyesel naik rinjani

di dalam hati berkata "menyesal mendaki gunung rinjani" saat melewati bukit ini

Seperti jalur merbabu yang selalu memberikan harapan palsu, seperti puncak semeru yang menjulang tinggi keatas. Sedikit demi sedikit kami bertiga sampai di pos terakhir "pelawangan sembalun", melepas lelah dan bersiap mendirikan dome. Bukit penyesalan tak akan mengalahkan kami, karena penyesalan terobati setelah melihat liuk liuk jalur puncak rinjani yang seakan menunggu kedatangan kami dari kejauhan.

Malam pun datang, dingin bersambut kelam. Hembusan angin di pelawangan sembalun memang dasyat dan spektakuler. Kencang dan dingin, akhirnya kami mendirikan tenda bersama anak anak jakarta, bandung dan surabaya yang kemarin sempat bertemu dibawah. Kami selalu menjadi tim terakhir dalam perjalanan ini, maklum lah kita kan pemula bang :D

jalur gunung rinjani
malam pertama masak mie, malam kedua masak mie, malam ketiga?????
Sekitar pukul 23.00 kami bertiga bangun mempersiapkan perbekalan menuju puncak. Teman teman Bandung dan Surabaya sepertinya sudah pada masak dan makan, lagi lagi kita menjadi tim paling akhir hari ini. Pukul 01.00 kami berangkat muncak, tetapi tim kami hanya dua orang yang melanjutkan perjalanan. Si "Asep" tidak bisa melanjutkan perjalanan dikarenakan dadanya sesak, mungkin dikarekanan dia pertama kali naik gunung, dan syok dengan udara di pelawangan sembalun.

Kami 3 tim berangkat lebih dahulu (paling awal/pertama) dari beberapa tim yang ngecamp di Pelawangan, dan kami yang berjumlah ber 10 (kalau nggak salah) akhirnya kesasar setelah 10 menit melakukan start "muncak". Sebuah perbuatan yang memalukan dan menggelikan, terlebih ada kakek kakek dan mungkin dia warga korea, taiwan, ataupun china yang nggak tau dari mana asalnya ngikut dibelakang kami, dan akhirnya terjerumus perbuatan yang memalukan ini.

Jadi inget iklan di tipi
Setelah balik nyari jalan, terlihat dibawah banyak lampu lampu berkilapan, tanda bahwa sudah banyak pendaki yang menyusul kami. Terlihat para pendaki asing dengan tongkat di kedua tangannya, entah mereka berkata apa, entah mereka minum apa tadi malam. Jadi inget iklan telepisi yang bunyinya "ijo,ijo,ijo,ijo" merekapun dengan santainya melewati kami, langkah kakinya yang sangaaaat lebar bukanlah tandingan kami.

Karena kemampuan kami yang berbeda-beda, kami pun terpisah satu sama lain. Tenaga terkuras abis, efek dari snack yang saya makan kurang banyak, akhirnya saya putuskan untuk menemani si Koko pelan pelan sampai puncak. Coklat sebungkus yang saya siapkan untuk muncak ini akhirnya keluar juga. Sedikit demi sedikit kami habiskan berdua. Sebotol air mineral dari dalam tas semakin lama semakin habis. Terlihat kerlipan cahaya headlamp dari jauh di atas sana, membuat mental ini kacau.

Sun Rise tak tercapai
Karena kami berdua adalah para pendaki pemula, tentunya dengan tenaga seadanya dan medan puncak rinjani yang sangat wauw. Akhirnya cahaya jingga melirik dari balik lekukan tanah, memancar kelangit biru kelam. Sedikit demi sedikit menjadi hangat udara saat ini, tanda sun rise telah dimulai. Terlihat puncak masih jauh di atas sana, saya putuskan berhenti dan menikmati indahnya warna jingga muncul dari sisi bumi sebelah timur. Terlihat awan putih layaknya matras, tersebar gundukan gundukan gunung terlihat diam di jauh sebelah timur.

Setelah beberapa jam melangkah, selangkah naik, selangkah turun, teringat saat ke Semeru kemarin. akhirnya saya sampai juga di Puncak gunung tertinggi kedua di Indonesia. Rasa haru sedikit merasuk ke kulit tipis saya yang berbalut jaket tebal pinjeman ini. Saya tidak bersujud kala itu, mungkin sudah tidak bisa melampiaskan kegembiraan saya lagi. Tubuh saya sudah terpaku kencang di atas 3726 mpdl, hanya bisa menoleh 360 derajat memutar. Terlihat hamparan kekayaan negeri ini, luas, biru, hijau, jauh dari polusi,  kekuasaan, dan kemunafikan.

puncak rinjani
karena hidup itu indah, maka nikmatilah!
Sekali lagi saya merasa sangat kecil, bahkan lebih kecil dari sangat kecil. Dan merasa sangat besar, lebih besar dari orang kaya disana, yang hartanya selalu mengalir bunga dan tersimpan rapi di bank. Sebuah kenikmatan yang tidak bisa dibayar dengan uang. Terima kasih untuk koko dan asep yang sudah menemani perjalan kita. Dan semua pihak yang telah membantu saya sampai rinjani. Bunthut atas jaketnya rock-icenya, Gombloh buat dome lafumanya, Kecut dan Rico atas cariernya eigernya, Krupindo screen printing buat tas deuternya, tentu saja mbak Okta yang sudah membiayai tiket pesawatnya :D. Dan semua pihak yang telah mendanai saya,

wakakakakaka, lebay, serasa menang FTV aja.
Udahan dulu yak cerita gunung rinjani nya, ntuk cerita di Segara anakan dilanjut kapan-kapan.

jalur gunung rinjani
Jaket rock-ice bukan sponsor, males ngapus logo jadi dibiarin saja lah. Itung itung amal.


Gunung Rinjani. Gunung tertinggi kedua di Indonesia setelah Gunung Kerinci (Sumatera), terletak di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat. Memiliki ketinggian 3726 meter di atas permukaan laut, dengan kaldera yang sangat luas di puncaknya. Terdapat danau segara anak di dalamnya, merupakan surga bagi para pendaki gunung rinjani, dan termasuk dalam jajaran danau tertingi di Indonesia.

26 Agustus 2013 merupakan salah satu  hari yang berkesan dalam hidup saya. Setelah project dosen di Jambi telah saya paksakan usai, saya berkesempatan memenuhi janji yang masih melekat di dalam hati. Janji menemani sobat sepenanggungan setelah sukses dengan pendakian Semeru nya, mendaki gunung tertinggi kedua di Indonesia. Mencium harumnya puncak Rinjani bersama-sama.

Tidak ber-delapan lagi
Karena alasan biaya, akhirnya hanya kami bertiga yang memberanikan diri dan memuaskan ego ke Lombok. Rizal seorang pekerja swasta disalah satu perusahaan tambang batubara di Indonesia yang belum pernah sama sekali mendaki gunung. Karta Prihandoko, seorang mahasiswa galau yang tinggal menunggu di wisuda kala itu. Dan saya sendiri, Kempor, seorang pengangguran tak bermodal yang makan aja sulit. Dan yang terakhir, salam semangat dari teman teman eks pendakian semeru kemarin.

Pendakian kami mulai dari pos registrasi Sembalun. Suasana ramah penduduk sekitar menemani pagi kami, melihat hilir mudik aktivitas para penduduk, anak kecil berseragam merah putih bersliweran, merupakan moment yang jarang kami temui di kota. Di pos registrasi, kami bertemu dengan pendaki senior dari Surabaya (Chupank dan Choly).

jalur sembalun rinjani
sebelum berangkat, narsis dolo di pos registrasi


Trek jalur sembalun sangat cocok buat pemula, di jalur ini relatif tidak menguras tenaga jika dibanding jalur Senaru. Padang savana yang sangat luas, terluas yang pernah saya lihat selama ini. Pemandangan yang sangat indah di sepanjang mata memandang. Layaknya jamuan awal sebagai hadiah agar kita semangat sampai puncak tertinggi kedua di Nusantara Indonesia ini. Terlihat dari kejauhan puncak dari rinjani.

jalur gunung rinjani
Lebay bawa tas dobel-dobel 

Pos 1-Pos 2-Pos 3????
Jalur sembalun memiliki banyak sekali pos bayangan, sehingga perlu diperhatikan agar tidak tertipu dengan pos-pos bayangan tersebut. Jangan bersantai-santai dan banyak istirahat sebelum sampai pos terakhir yaitu plawangan sembalun. Kami sempat tertipu bermalam di pos 3, dan ternyata pos tersebut adalah pos bayangan. Alhasil paginya kita sarapan dengan tanjakan, tanjakan dan tanjakan seterusnya. Hanya saja kita akan dimanjakan dengan sedikitnya oksigen saat melewati bukit penyesalan. Saya kurang tahu kenapa dinamakan bukit penyesalan.

bukit penyesalan
Tuh si Koko udah nyesel naik rinjani

di dalam hati berkata "menyesal mendaki gunung rinjani" saat melewati bukit ini

Seperti jalur merbabu yang selalu memberikan harapan palsu, seperti puncak semeru yang menjulang tinggi keatas. Sedikit demi sedikit kami bertiga sampai di pos terakhir "pelawangan sembalun", melepas lelah dan bersiap mendirikan dome. Bukit penyesalan tak akan mengalahkan kami, karena penyesalan terobati setelah melihat liuk liuk jalur puncak rinjani yang seakan menunggu kedatangan kami dari kejauhan.

Malam pun datang, dingin bersambut kelam. Hembusan angin di pelawangan sembalun memang dasyat dan spektakuler. Kencang dan dingin, akhirnya kami mendirikan tenda bersama anak anak jakarta, bandung dan surabaya yang kemarin sempat bertemu dibawah. Kami selalu menjadi tim terakhir dalam perjalanan ini, maklum lah kita kan pemula bang :D

jalur gunung rinjani
malam pertama masak mie, malam kedua masak mie, malam ketiga?????
Sekitar pukul 23.00 kami bertiga bangun mempersiapkan perbekalan menuju puncak. Teman teman Bandung dan Surabaya sepertinya sudah pada masak dan makan, lagi lagi kita menjadi tim paling akhir hari ini. Pukul 01.00 kami berangkat muncak, tetapi tim kami hanya dua orang yang melanjutkan perjalanan. Si "Asep" tidak bisa melanjutkan perjalanan dikarenakan dadanya sesak, mungkin dikarekanan dia pertama kali naik gunung, dan syok dengan udara di pelawangan sembalun.

Kami 3 tim berangkat lebih dahulu (paling awal/pertama) dari beberapa tim yang ngecamp di Pelawangan, dan kami yang berjumlah ber 10 (kalau nggak salah) akhirnya kesasar setelah 10 menit melakukan start "muncak". Sebuah perbuatan yang memalukan dan menggelikan, terlebih ada kakek kakek dan mungkin dia warga korea, taiwan, ataupun china yang nggak tau dari mana asalnya ngikut dibelakang kami, dan akhirnya terjerumus perbuatan yang memalukan ini.

Jadi inget iklan di tipi
Setelah balik nyari jalan, terlihat dibawah banyak lampu lampu berkilapan, tanda bahwa sudah banyak pendaki yang menyusul kami. Terlihat para pendaki asing dengan tongkat di kedua tangannya, entah mereka berkata apa, entah mereka minum apa tadi malam. Jadi inget iklan telepisi yang bunyinya "ijo,ijo,ijo,ijo" merekapun dengan santainya melewati kami, langkah kakinya yang sangaaaat lebar bukanlah tandingan kami.

Karena kemampuan kami yang berbeda-beda, kami pun terpisah satu sama lain. Tenaga terkuras abis, efek dari snack yang saya makan kurang banyak, akhirnya saya putuskan untuk menemani si Koko pelan pelan sampai puncak. Coklat sebungkus yang saya siapkan untuk muncak ini akhirnya keluar juga. Sedikit demi sedikit kami habiskan berdua. Sebotol air mineral dari dalam tas semakin lama semakin habis. Terlihat kerlipan cahaya headlamp dari jauh di atas sana, membuat mental ini kacau.

Sun Rise tak tercapai
Karena kami berdua adalah para pendaki pemula, tentunya dengan tenaga seadanya dan medan puncak rinjani yang sangat wauw. Akhirnya cahaya jingga melirik dari balik lekukan tanah, memancar kelangit biru kelam. Sedikit demi sedikit menjadi hangat udara saat ini, tanda sun rise telah dimulai. Terlihat puncak masih jauh di atas sana, saya putuskan berhenti dan menikmati indahnya warna jingga muncul dari sisi bumi sebelah timur. Terlihat awan putih layaknya matras, tersebar gundukan gundukan gunung terlihat diam di jauh sebelah timur.

Setelah beberapa jam melangkah, selangkah naik, selangkah turun, teringat saat ke Semeru kemarin. akhirnya saya sampai juga di Puncak gunung tertinggi kedua di Indonesia. Rasa haru sedikit merasuk ke kulit tipis saya yang berbalut jaket tebal pinjeman ini. Saya tidak bersujud kala itu, mungkin sudah tidak bisa melampiaskan kegembiraan saya lagi. Tubuh saya sudah terpaku kencang di atas 3726 mpdl, hanya bisa menoleh 360 derajat memutar. Terlihat hamparan kekayaan negeri ini, luas, biru, hijau, jauh dari polusi,  kekuasaan, dan kemunafikan.

puncak rinjani
karena hidup itu indah, maka nikmatilah!
Sekali lagi saya merasa sangat kecil, bahkan lebih kecil dari sangat kecil. Dan merasa sangat besar, lebih besar dari orang kaya disana, yang hartanya selalu mengalir bunga dan tersimpan rapi di bank. Sebuah kenikmatan yang tidak bisa dibayar dengan uang. Terima kasih untuk koko dan asep yang sudah menemani perjalan kita. Dan semua pihak yang telah membantu saya sampai rinjani. Bunthut atas jaketnya rock-icenya, Gombloh buat dome lafumanya, Kecut dan Rico atas cariernya eigernya, Krupindo screen printing buat tas deuternya, tentu saja mbak Okta yang sudah membiayai tiket pesawatnya :D. Dan semua pihak yang telah mendanai saya,

wakakakakaka, lebay, serasa menang FTV aja.
Udahan dulu yak cerita gunung rinjani nya, ntuk cerita di Segara anakan dilanjut kapan-kapan.

jalur gunung rinjani
Jaket rock-ice bukan sponsor, males ngapus logo jadi dibiarin saja lah. Itung itung amal.