Cahaya memancar dari kejauhan, tersapu dingin tipis embun pagi. Warnanya kuning memudar mendekati warna putih telur yang sekarang telah menjadi sumber energi hari ini. Terlihat ibu-ibu asyik mengayuh sepeda onthel buthutnya, dijejali karung-karung berisi rumput yang berdesak-desakan seakan ia berkata "aku rapopo". Dari kaca spion bulat si "merzy" (belum nemu nama yang oke), terlihat dari kejauhan abu-abu putih membuntutiku. Wajahnya berseri terlihat haus dengan ilmu pengetahuan, kemeja putihnya lusuh masuk rapi kedalam rok. Sepatu wariornya mengingatkanku akan indahnya masa sekolah, seperti sebuah candu yang menyelimuti sebuah buku. Rasanya pahit, tapi manis di sela-selanya.
Terlihat jam tangan menunjukan jam 6 kurang. Tak terasa sudah 5 jam saya mengarungi jalanan yang terkenal dengan Bus Sumber "Bencono" nya. Salah satu moda transportasi area jawa timuran yang terkenal gegara sering melahap korban. Tepatnya tanggal 26 Oktober kemarin baru bertambah satu lagi korban dari Sumber Group ini , seorang anggota klub Merzy dari Semarang yang akan mengikuti Jambore Nasional di Ngawi pun dilahap abis (semoga Bapak Yusuf tenang di alam sana).
Hari ini tujuan saya mau maen ke Rumah teman di daerah Blitar. Beralasan melihat air terjun dan pantai akhirnya sampai juga di depan rumahnya. Mungkin sekitar 10 meter dari rumahnya saya berhenti dan bertanya kepada warga sekitar dan menyebutkan kata kuncinya.
"Pak, ajeng tanglet. Griyanipun mbak "Galuh" menika pundi nggih?"
"Galuh?" Muka bapaknya sok mikir padahal asline nggak tau.
Bapaknya terlihat sok care sampai-sampai istri yang lagi sibuk menggendong bayi seumuran Esa pun dipanggil dan ditanya, tapi endingnya sama "kagak ngarti".
Selang berapa menit saya telpon yang namanya Galuh untuk mendapatkan kepastian meeting pointnya, cewek yang berjubah cowok ini saya kenal lewat salah satu situs traveling di internet, sebut aja situs CS. Kami tidak pernah saling berteman di situs CS tersebut, padahal kalau anggota CS paling demen yang namanya nambah temen di akunnya dan mendapat yang namanya positif respon dari member lain. Tapi kalau saya nggak tau menau masalah CS-CS an, yang penting ada temen dolan langsung berangkat. Kami akrab lewat facebook, kami suka dolan, dan sepertinya si Galuh juga suka yang berbau teater, seni, gua maupun gunung. Jangan bertanya dimana dia kuliah, pasti jawabnya kuliah di Surabaya. Orang yang satu ini ngak suka yang namanya manis,dan cinta yang namanya tidur.
Huft, motor jadul yang sempat berjaya di era 70-an ini saya starter. Masih pada inget nggak dulu film chip yang bintangnya dari Warkop DKI? Dono, Kasino dan Indro yang berperan sebagai polisi melu-melu film chip dari barat? Mungkin saya emang berjodoh dengan dono kalik ya?, ada yang bilang saya dari samping depan mirip Dono. Dulu helm model chip yang dipakai dono saya tebus dari teman saya karena kepincut tuntutan keserasian vespa dengan helmnya. Nah sekarang malah Motornya juga saya naikin, tinggal berpose ala chip pasti pada ngira kalau saya ini reinkarnasi Almarhum Dono. Semoga rejeki saya kayak Dono, aamiin. :D
Selang berapa detik setelah saya masukin gigi satu ternyata rumah si Galuh cuman 10 meteran dari lokasi saya bertanya tadi. Terlihat dari jauh cewek berjubah cowok dengan gigi kelincinya memegang HP samsung hitam-merah persis punyaku yang sudah di Hak Milik sama si Uto di rumah. HP ini di hibahi oleh kaka saya yang baik hati, cantik, tidak Sombong dan baru hepi-hepinya soalnya anak pertamanya sudah bisa lari keliling-keliling rumah. Tapi disabotase sama si Uto gara-gara HPnya yang persis sama HPku rusak, yaudah sebagai kaka yang baik hati saya relakan HP samsung hitam-merah tadi.
Rumah si Galuh menurutku merupakan rumah idaman, sepertinya bangunan lama, terlihat dari temboknya mirip tembok rumahku dulu. Pekarangannya luas untuk ukuranku, di depan terdapat perkebunan bayam dan rumputnya, samping ada kandang kambing dan puyuh, di belakang terlihat ayam-ayam yang selalu semangat makan. Ada 2 atau 3 kolam ikan di belakang sana, dan yang menarik di balik sebuah tembok merupakan sawah yang luas, hijau dan basah, sejuk dan harum, wanginya matahari bercampur lumpur ditaburi suara khas desa. Suasananya bikin males balik Solo, sumprit.
Siang ini kami janjian ke air terjun dengan temen-temennya Galuh, anak-anak alay facebook (mungkin kelahiran Blitar) yang masih peduli dengan tanah kelahirannya. Sepintas mereka memiliki jalinan hubungan, sering jalan-jalan bareng melibas dari ujung ke ujung Blitar, atau emang mereka nggak ada kegiatan weekend ini. Kami melintas memasuki kota Blitar yang lagi panas-panasnya kala itu, berjanjian ketemu di jalan biar lebih efektif nggak tunggu-tungguan. Dan setelah terkumpul semua langsung meluncur ke Lokasi.
Kami dipandu oleh seorang cowok, Rambutnya panjang warna karat ke kuning-kuningan, Jauh dari kesan mahasiswa ITS ataupun mahasiswa teknik pada umumnya. Dia yang saya lupa namanya merupakan mantan mahasiswa ITS jurusan Teknik Metalurgi yang kampusnya sebelah kanan Teknik Mesin. Dan yang pasti setiap hari saya lewatin minimal 2 kali/hari dan minimal 5 hari/minggu. Dan sungguh menakjubkan di memory saya selama kuliah di ITS, saya tidak pernah melihat garis mukanya berkeliaran di area kampus. Mungkin saya yang kurang gaul jaman kuliah di ITS kemarin. Biarlah.
Cowok rambut karat dan ramah ini sepertinya adventure sejati yang selalu mencari area-area baru untuk dijadikan area private nya. Dari air terjun, pantai ataupun gua merupakan kamar pribadinya yang selalu melambai-lambai untuk dikunjungi. Terlihat dari barang bawaannya yang safety abis, sebuah tas ransel lusuh bertambalkan hansaplast, sebuah termos, dan pelampung sudah membuktikan kalau dia merupakan orang yang teliti, sedia payung sebelum banjir. Ditambah sebuah kompas entah buat apa juga dia bawa, kurang kernmantel aja ini tinggal panjat tuh tebing.
Dan sekarang saya diberi kehormatan melihat kamar pribadinya yang lumayan wah untuk ukuran pecinta Gua seperti saya ini. Perlu 15 menit menyusuri pepohonan yang terlihat sudah jarang dilewati orang, terlihat bekas sungai dengan air yang sudah mulai mengering di kanan jalan. Dari kejauhan sudah terdengar rintikan air walupun pelan tetapi terdengar pasti. Lama-lama terlihat aliran air walupun kecil tapi ada air disana, iya air!!!. Dan terlihat sebuah tembok mirip runtuhan Gua, yang colepst kokoh sombong menghadang. Dialiri air gemericik, lentik dan cantik, Hijaunya masih alami, di bawahnya dihiasi daun kering yang mengapung seakan tak mau kalah dengan lumut-lumut di tepi tebing. Airnya disulap hijau keputihan, khas kawasan karst, Teduh seakan menghipnotis kami agar enggan beranjak pulang. Sekotak Ketela pohon pun serasa pizza ditemani gemericik air dan hembusan angin, serasa home teater 3D asli tanpa KW 1, KW 2, KW Super atau KW thailand.
Terima kasih teman-teman baru yang saya sudah tidak ingat namanya, kita pasti akan bertemu lagi. Semua diciptakan dan dipertemukan pasti ada tujuannya. Terima kasih sudah ikut menemani nambal ban. Pengalaman yang tidak boleh saya lupakan. :D
Sebagai penutup, saya ada liontin perak tanpa tali nih. Siapa yang mau hayo silahkan kontek2 atau komen2 aja di bawah. Prefer cewek, ibu2, tante2, nenek2, area Solo and Jogja. Sekian dan terima rongsok.
Terlihat jam tangan menunjukan jam 6 kurang. Tak terasa sudah 5 jam saya mengarungi jalanan yang terkenal dengan Bus Sumber "Bencono" nya. Salah satu moda transportasi area jawa timuran yang terkenal gegara sering melahap korban. Tepatnya tanggal 26 Oktober kemarin baru bertambah satu lagi korban dari Sumber Group ini , seorang anggota klub Merzy dari Semarang yang akan mengikuti Jambore Nasional di Ngawi pun dilahap abis (semoga Bapak Yusuf tenang di alam sana).
Hari ini tujuan saya mau maen ke Rumah teman di daerah Blitar. Beralasan melihat air terjun dan pantai akhirnya sampai juga di depan rumahnya. Mungkin sekitar 10 meter dari rumahnya saya berhenti dan bertanya kepada warga sekitar dan menyebutkan kata kuncinya.
"Pak, ajeng tanglet. Griyanipun mbak "Galuh" menika pundi nggih?"
"Galuh?" Muka bapaknya sok mikir padahal asline nggak tau.
Bapaknya terlihat sok care sampai-sampai istri yang lagi sibuk menggendong bayi seumuran Esa pun dipanggil dan ditanya, tapi endingnya sama "kagak ngarti".
Selang berapa menit saya telpon yang namanya Galuh untuk mendapatkan kepastian meeting pointnya, cewek yang berjubah cowok ini saya kenal lewat salah satu situs traveling di internet, sebut aja situs CS. Kami tidak pernah saling berteman di situs CS tersebut, padahal kalau anggota CS paling demen yang namanya nambah temen di akunnya dan mendapat yang namanya positif respon dari member lain. Tapi kalau saya nggak tau menau masalah CS-CS an, yang penting ada temen dolan langsung berangkat. Kami akrab lewat facebook, kami suka dolan, dan sepertinya si Galuh juga suka yang berbau teater, seni, gua maupun gunung. Jangan bertanya dimana dia kuliah, pasti jawabnya kuliah di Surabaya. Orang yang satu ini ngak suka yang namanya manis,dan cinta yang namanya tidur.
Huft, motor jadul yang sempat berjaya di era 70-an ini saya starter. Masih pada inget nggak dulu film chip yang bintangnya dari Warkop DKI? Dono, Kasino dan Indro yang berperan sebagai polisi melu-melu film chip dari barat? Mungkin saya emang berjodoh dengan dono kalik ya?, ada yang bilang saya dari samping depan mirip Dono. Dulu helm model chip yang dipakai dono saya tebus dari teman saya karena kepincut tuntutan keserasian vespa dengan helmnya. Nah sekarang malah Motornya juga saya naikin, tinggal berpose ala chip pasti pada ngira kalau saya ini reinkarnasi Almarhum Dono. Semoga rejeki saya kayak Dono, aamiin. :D
Selang berapa detik setelah saya masukin gigi satu ternyata rumah si Galuh cuman 10 meteran dari lokasi saya bertanya tadi. Terlihat dari jauh cewek berjubah cowok dengan gigi kelincinya memegang HP samsung hitam-merah persis punyaku yang sudah di Hak Milik sama si Uto di rumah. HP ini di hibahi oleh kaka saya yang baik hati, cantik, tidak Sombong dan baru hepi-hepinya soalnya anak pertamanya sudah bisa lari keliling-keliling rumah. Tapi disabotase sama si Uto gara-gara HPnya yang persis sama HPku rusak, yaudah sebagai kaka yang baik hati saya relakan HP samsung hitam-merah tadi.
Itu ayam kenape sadar kamera sih?. |
Siang ini kami janjian ke air terjun dengan temen-temennya Galuh, anak-anak alay facebook (mungkin kelahiran Blitar) yang masih peduli dengan tanah kelahirannya. Sepintas mereka memiliki jalinan hubungan, sering jalan-jalan bareng melibas dari ujung ke ujung Blitar, atau emang mereka nggak ada kegiatan weekend ini. Kami melintas memasuki kota Blitar yang lagi panas-panasnya kala itu, berjanjian ketemu di jalan biar lebih efektif nggak tunggu-tungguan. Dan setelah terkumpul semua langsung meluncur ke Lokasi.
Kami dipandu oleh seorang cowok, Rambutnya panjang warna karat ke kuning-kuningan, Jauh dari kesan mahasiswa ITS ataupun mahasiswa teknik pada umumnya. Dia yang saya lupa namanya merupakan mantan mahasiswa ITS jurusan Teknik Metalurgi yang kampusnya sebelah kanan Teknik Mesin. Dan yang pasti setiap hari saya lewatin minimal 2 kali/hari dan minimal 5 hari/minggu. Dan sungguh menakjubkan di memory saya selama kuliah di ITS, saya tidak pernah melihat garis mukanya berkeliaran di area kampus. Mungkin saya yang kurang gaul jaman kuliah di ITS kemarin. Biarlah.
Cowok rambut karat dan ramah ini sepertinya adventure sejati yang selalu mencari area-area baru untuk dijadikan area private nya. Dari air terjun, pantai ataupun gua merupakan kamar pribadinya yang selalu melambai-lambai untuk dikunjungi. Terlihat dari barang bawaannya yang safety abis, sebuah tas ransel lusuh bertambalkan hansaplast, sebuah termos, dan pelampung sudah membuktikan kalau dia merupakan orang yang teliti, sedia payung sebelum banjir. Ditambah sebuah kompas entah buat apa juga dia bawa, kurang kernmantel aja ini tinggal panjat tuh tebing.
Masih sepi, asyik buat nongki-nongki. |
Nyusahin orang aja nih motor |
Sebagai penutup, saya ada liontin perak tanpa tali nih. Siapa yang mau hayo silahkan kontek2 atau komen2 aja di bawah. Prefer cewek, ibu2, tante2, nenek2, area Solo and Jogja. Sekian dan terima rongsok.
Liontin perak khas kota gedhe yang susah bikinnya. |