APP adalah divisi pulp dan kertas dari Sinar Mas Group dan mengklaim sebagai produsen pulp dan kertas terbesar ketiga di dunia. Mereka bercita-cita untuk menjadi nomor satu, dan dengan skala ekspansi mereka yang cepat itu sangat memungkinkan untuk tercapai Namun operasi APP hadir dengan biaya sangat mahal bagi masyarakat yang bergantung pada hutan Indonesia, bagi spesies yang terancam punah seperti harimau Sumatra dan bagi masa depan iklim dunia. Data Indonesia sendiri dari Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) memposisikan diri sebagai pencemar gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia; sekitar 85% dari emisi ini berasal dari penggunaan lahan - hampir seluruhnya dari deforestasi dan perusakan lahan gambut.
Pada bulan Februari tahun ini Greenpeace International merilis hasil penyelidikan selama setahun mengenai APP yang menemukan bahwa perusahaan secara sistematis melanggar hukum Indonesia mengenai perlindungan kayu ramin, spesies pohon yang dilindungi secara internasional. Penyelidikan tersebut dilakukan di pabrik pulp terbesar APP di Indonesia, Indah Kiat Perawang, di pulau Sumatra, telah mengekspos bagaimana kayu ramin ilegal secara teratur dicampur ke dalam pasokan kayu hutan hujan yang berasal dari pembabatan hutan alam. Dengan pengolahan ramin untuk pulp, APP juga meremehkan CITES, perjanjian internasional yang sama yang mengatur perdagangan gading dan bagian tubuh harimau.
Pengungkapan ini datang setelah bukti yang dikumpulkan selama bertahun-tahun menunjukkan bahwa kerajaan APP dibangun di atas pembabatan sistematis hutan alam untuk memasok konsumsi serat mereka yang semakin meningkat. Meskipun berulang kali bahwa mengklaim APP akan mengakhiri ketergantungannya pada pembukaan hutan alam, perusahaan ini telah secara komprehensif gagal mencapai tujuan tersebut. APP telah dimasukkan daftar hitam oleh sejumlah merek internasional utama, sejumlah di antara mereka telah mencoba dan gagal untuk mendorong perusahaan ini untuk mereformasi praktiknya. LSM seperti Rainforest Alliance dan WWF juga berusaha untuk bekerja dengan APP untuk mereformasi praktik mereka, namun tidak berhasil.
Perusahaan global yang telah menolak pasokan dari APP termasuk Nestlé, Kraft, Xerox, Unilever, Adidas, Mattel, Mondi, Metcash, Hasbro3 dan Danone.
souce: greenpeace.org
ini perusahaan bisanya cuma merusak doang
BalasHapusiya...
Hapuspadahal aq punya temen yang kerja disitu.
mapala juga..
jd beban moral pastinya..